KESEHATAN MENTAL
Sumbangan
Berkedok Almamater Kampus
Puji
Wahyuni
155 127 29
2PA07
FAKULTAS PSIKOLOGI
2014
LATAR BELAKANG
Almamater adalah jas atau seragam sebagai identitas suatu
perguruan tinggi. Almamater memiliki fungsi diantaranya sebagai pemersatu antar
peserta didik dalam lingkup satu kampus, dan simbol identitas dari suatu
perguruan tinggi, sekaligus pembeda antara perguruan tinggi satu dengan yang
lain, atau bahkan dapat dikatakan sebagai simbol dari kecintaan dan loyalitas
mahasiswa terhadap tempat ia belajar. Hal
itu dapat terlihat dari pemakaiannya yang hanya digunakan pada acara-acara, dan
kegiatan-kegiatan tertentu saja.
Peminta-minta adalah orang-orang
yang medapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai
macam cara dan berbagai macam alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari
orang lain. Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar memiliki
kesulitan dan kebuthan yang mendesak karena tidak ada bantuan dari lingkungan
sekitar dan tidak memiliki keahlian yang memadai, bukan karena malas utuk
mencari pekerjaan yang lebih layak. Ada beberapa faktor yang mendorong
seseorang menjadi pengemis untuk dijadikan pekerjaannya:
a.
Keadaan ekonomi yang sulit
b.
Kebutuhan hidup yang tidak memadai
c.
Tidak memiliki keahlian khusus
d.
Malas untuk mencari pekerjaan yang layak
e.
Menjadikan meminta-minta sebagai
pekerjaan yang menjanjikan
Para
pemungut atau peminta-minta sumbangan yang mengaku sebagai mahasiswa biasanya
berseragam yang sama dengan almamater warna biru, hijau, kuning, orange, merah,
dan lain-lainnya yang beroperasi di jalan-jalan khususnya di lampu merah dengan
membawa kotak yang disertai dengan gambar seseorang yang membutuhkan dana
sumbangan tersebut. Seharusnya apabila itu benar mahasiswa
yang ingin menggalang dana tidak seharusnya mereka tidak memungut di lalu
lintas karena akan mengganggu laju lalu lintas. Masyarakat juga dihimbau
apabila ingin memberikan sumbangan ada
baiknya langsung diberikan langsung ke orang yang kiranya pantas untuk
mendapatkannya.
PEMBAHASAN
Fenomena Mahasiswa Peminta
Sumbangan
Sabtu, 10 November 2012 12:17
108CSR.com
- Layaknya pengemis jalanan, para "pengemis intelek" berkedok jaket
almamater ini sempat menghilang kemudian muncul lagi di persimpangan
jalan di Jakarta untuk meminta sumbangan. Keberadaan mereka
baru-baru ini kembali terlihat di perempatan lampu merah Fatmawati di Jakarta
Selatan dan Tomang di Jakarta Barat. Para peminta amal berkedok layaknya
mahasiswa, bisa dibilang lebih berani dari pada pengemis jalanan. Dengan
dilengkapi jaket seperti almamater mereka tidak segan-segan berada
ditengah-tengah jalan untuk meminta sumbangan. Padahal, lampu rambu lalulintas
masih belum menyala merah sehingga membahayakan dirinya maupun orang lain. Seperti
yang terlihat di perempatan Tomang, Jakarta Barat, Sabtu (10/11/2012), sebanyak
empat orang berjaket biru ini langsung berseliweran saat arus lalu lintas
macet. Mereka mengenakan jaket seperti almamater mahasiswa berwarna biru,
seorang pemuda tanggung membawa kotak amal bertuliskan sumbangan untuk bantuan
korban biaya operasi di RSPAD. Sementara itu para pengendara yang sudah bisa
melintas dikawasan itu terlihat banyak yang mengabaikan keberadaan mereka.
Pasalnya,
keberadaan mereka justru menganggu lalu lintas dan membahayakan pengguna jalan.
Namun, tidak sedikit pula yang memberikan sumbangan kedalam kotak amal. Hal itu
diakui Setiawan (30), warga Fatmawati yang mengaku resah juga dengan ulah para
peminta sumbangan memakai kotak amal di perampatan lampu merah yang kerap
menimbulkan kemacetan. Seharusnya apabila mereka benar mahasiswa, mereka bisa
melakukan dengan lebih bijak dan ak mengganggu kepentingan orang lain saat
meminta-minta sumbangan. Fenomena kotak amal bukan hal yang baru. Ketika Aceh
diterjang bencana Tsunami, kotak amal di jalanan marak. Begitu juga saat
musibah lumpur Lapindo hingga terakhir ini gempa Yogyakarta dan Gunung Merapi
meletus.
|
peminta amal berkedok jaket almamater
mahasiswa
di perempatan lampu merah (bdh/108CSR.com)
|
|
Pada awalnya kegiatan ini dinilai postif karena bantuan
langsung disalurkan ke para korban terkena bencana. Namun, akhir-akhir ini
malah dijadikan modus untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya tidak
disalurkan kepada korban bencana alam yang membutuhkannya tapi masuk kocek
sendiri. Bahkan belum lama ini, petugas Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta
sempat membubarkan sekelompok pemuda yang meminta sumbangan di perampatan
Coca-cola Cempaka Mas, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dengan mengaku sebagai
mahasiswa. Beberapa pemuda tersebut meminta sumbangan kepada pengguna jalan,
dengan dalih akan diberikan kepada para korban kebakaran di kawasan Pendongkelan.
Saat ditanya petugas Satpol PP, mereka mengaku sebagai mahasiswa salah satu
perguruan tinggi ternama di Jakarta. Namun saat dimintai kartu mahasiswa,
mereka menolak karena ternyata tidak memilikinya. Sementara itu Kepala Dinas
Sosial DKI Jakarta, Kian Kelana yang dikonfirmasi mengenai hal ini meminta
masyarakat untuk mengabaikan pembawa kotak amal tersebut, meskipun mereka
mengaku dari salah satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Misalnya, kalau
ada orang bawa kotak amal keliling kampung atau di jalan raya minta sumbangan,
apalagi kini banyak mengaku dari universitas, abaikan saja. Masyarakat yang
ingin bersedekah, bisa salurkan langsung ke yayasan, majelis taklim, mushola
dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Kian Kelana bahwa
mahasiswa tidak boleh meminta-minta sumbangan di jalan-jalan apalagi harus
memakai baju almamater dan banyak jalan untuk mencari dana dan tidak harus
mengganggu ketertiban umum.
A. TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW
(1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada
dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok, diantaranya :
Pertama,
kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan biologis tersebut
terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuhyang relative
constant. (rasa lapar, rasa haus, dan
sebagainya). Kedua, kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan fisiologis puas dan
tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan menjadi
aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan merekakecuali pada saat
darurat. (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya). Ketiga, kebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki yaitu ketika kebutuhan fisiologis dan
kesejahteraan terpuaskan maka kebutuhan berikutnya dapat mun dan berharga
sebagai orang muncul. Maslow menyatakan bahwa seseorang mencari untuk mengatasi
perasaan kesepian dan keterasingan. (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki). Keempat, kebutuhan akan penghargaan yaitu ketika tiga kelas pertama
terpenuhi, kebutuhan penghargaan akan menjadi dominan. Ketika kebutuhan ini
terpenuhi seseorang akan merasa percaya diri. Kelima, kebutuhan aktualisasi
diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan
estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:
mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya. (Basuki, Heru.(2008))
Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan rasa aman, Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki, Kebutuhan akan penghargaan, Kebutuhan
aktualisasi diri. Bahwa pada zaman modern banyak orang yang mendapat kesulitan
untuk mendapatkan uang apalagi orang yang tidak memiliki keahlian, tidak
memiliki pendidikan yang cukup, dan sempit dalam perencanaan masa depan akan
melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menjadikan jas
almamater sebagai lahan mata pencahariannya untuk meminta-minta. Pengguna jas
almamater dan mengaku sebagai mahasiswa meminta-minta di tempat yang ramai
dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari terutama kebutuhan faali
yaitu makan. Apabila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi
akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya dapat
dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur
dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
B. TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang
mendorong seseorang untuk berusaha. mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor tersebut yaitu : Pertama, Faktor higiene (faktor
ekstrinsik) yaitu memotivasi seseorang untuk keluar dari
ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antara manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya. Kedua, Faktor motivator (faktor intrinsik)
yaitu faktor yang memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang
termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan,
dan sebagainya. (supiani.staff.gunadarma.ac.id)
Faktor higiene (faktor ekstrinsik) : Tidak menunjuk
pada individual karena malas bekerja
atau tidak mendapatkan penghasilan, tetapi karena buruknya kondisi lingkungan hidup,
rendahnya sumber daya alam, Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan
yang bersumber dari sumber daya alam yang mendorong seseorang turun ke jalan
untuk meminta-minta sumbangan.
Faktor
motivator (faktor intrinsik) : menunjukkan bahwa individu atau kelompok turun ke jalan untuk meminta sumbangan kepada
masyarakat untuk memperbaiki tingkat kehidupannya karena malas untuk bekerja dengan
pekerjaan yang lebih layak dibandingkan harus meminta-minta sumbangan di jalan
untuk merubah tingkat kemajuan kehidupannya.
Orang yang mengaku sebagai mahasiswa biasanya mengeruk uang puluhan juta rupiah per bulan dan
biasanya mereka berseragam yang sama dengan almamater warna biru, hijau,
kuning, orange, merah, dan lain-lainnya yang beroperasi di jalan-jalan
khususnya di lampu merah dengan membawa kotak yang disertai dengan gambar
seseorang yang membutuhkan dana sumbangan tersebut. Biasanya
orang-orang yang meminta sumbangan dengan berkedok sebagai mahasiswa tidak
hanya sendiri mereka merupakan sebuah kesatuan. Akan tetapi tanpa suatu organisasi,
suatu kesatuan itu dapat kita lihat secara tidak langsung dari cara mereka yang
selalu bekerjasama, saling memberi kabar tentang suatu tempat yang ramai,
saling toleransi, dan saling membantu. Individu, atau kelompok yang meminta
sumbangan dengan mengaku sebagai mahasiswa karna tersendat biaya hidup yang
sangat sulit untuk mereka penuhi. Mereka akan melakukan apa saja untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya termasuk meminta sumbangan di lampu-lampu merah. Mereka
meminta-minta sumbangan karena mereka malas untuk berusaha lebih keras lagi
untuk keberlangsungan hidupnya. Masyarakat yang melihat dan member sumbangan
kepada mereka yang meminta sumbangan karena masyarakat berfikir jika mahasiswa
tersebut pasti akan menyalurkan sumbangan-sumbangan itu kepada yang lebih
berhak. Menurut masyarakat mahasiswa itu lebih meyakinkan (karena
berpendidikan) dibandingkan peminta-minta sumbangan yang lain.
Daftar Pustaka
Basuki,
Heru.(2008).Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma