Senin, 14 Juli 2014

SUMBANGAN BERKEDOK ALMAMATER KAMPUS (KESEHATAN MENTAL)




KESEHATAN MENTAL
Sumbangan Berkedok Almamater Kampus





Puji Wahyuni
155 127 29
2PA07


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014

LATAR BELAKANG
Almamater adalah jas atau seragam sebagai identitas suatu perguruan tinggi. Almamater memiliki fungsi diantaranya sebagai pemersatu antar peserta didik dalam lingkup satu kampus, dan simbol identitas dari suatu perguruan tinggi, sekaligus pembeda antara perguruan tinggi satu dengan yang lain, atau bahkan dapat dikatakan sebagai simbol dari kecintaan dan loyalitas mahasiswa terhadap  tempat ia belajar. Hal itu dapat terlihat dari pemakaiannya yang hanya digunakan pada acara-acara, dan kegiatan-kegiatan tertentu saja.
Peminta-minta adalah orang-orang yang medapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai macam cara dan berbagai macam alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar memiliki kesulitan dan kebuthan yang mendesak karena tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar dan tidak memiliki keahlian yang memadai, bukan karena malas utuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang menjadi pengemis untuk dijadikan pekerjaannya:
a.       Keadaan ekonomi yang sulit
b.      Kebutuhan hidup yang tidak memadai
c.       Tidak memiliki keahlian khusus
d.      Malas untuk mencari pekerjaan yang layak
e.       Menjadikan meminta-minta sebagai pekerjaan yang menjanjikan
Para pemungut atau peminta-minta sumbangan yang mengaku sebagai mahasiswa biasanya berseragam yang sama dengan almamater warna biru, hijau, kuning, orange, merah, dan lain-lainnya yang beroperasi di jalan-jalan khususnya di lampu merah dengan membawa kotak yang disertai dengan gambar seseorang yang membutuhkan dana sumbangan tersebut. Seharusnya apabila itu benar mahasiswa yang ingin menggalang dana tidak seharusnya mereka tidak memungut di lalu lintas karena akan mengganggu laju lalu lintas. Masyarakat juga dihimbau apabila ingin  memberikan sumbangan ada baiknya langsung diberikan langsung ke orang yang kiranya pantas untuk mendapatkannya.
PEMBAHASAN
Fenomena Mahasiswa Peminta Sumbangan

              


Sabtu, 10 November 2012 12:17
108CSR.com - Layaknya pengemis jalanan, para "pengemis intelek" berkedok jaket almamater ini sempat menghilang kemudian muncul lagi di persimpangan jalan   di Jakarta untuk meminta sumbangan. Keberadaan mereka baru-baru ini kembali terlihat di perempatan lampu merah Fatmawati di Jakarta Selatan dan Tomang di Jakarta Barat. Para peminta amal  berkedok layaknya mahasiswa, bisa dibilang lebih berani dari pada pengemis jalanan. Dengan dilengkapi jaket seperti almamater mereka tidak segan-segan berada ditengah-tengah jalan untuk meminta sumbangan. Padahal, lampu rambu lalulintas masih belum menyala merah sehingga membahayakan dirinya maupun orang lain. Seperti yang terlihat di perempatan Tomang, Jakarta Barat, Sabtu (10/11/2012), sebanyak empat orang berjaket biru ini langsung berseliweran saat arus lalu lintas macet. Mereka mengenakan jaket seperti almamater mahasiswa berwarna biru, seorang pemuda tanggung membawa kotak amal bertuliskan sumbangan untuk bantuan korban biaya operasi di RSPAD. Sementara itu para pengendara yang sudah bisa melintas dikawasan itu terlihat banyak yang mengabaikan keberadaan mereka.
Pasalnya, keberadaan mereka justru menganggu lalu lintas dan membahayakan pengguna jalan. Namun, tidak sedikit pula yang memberikan sumbangan kedalam kotak amal. Hal itu diakui Setiawan (30), warga Fatmawati yang mengaku resah juga dengan ulah para peminta sumbangan memakai kotak amal di perampatan lampu merah yang kerap menimbulkan kemacetan. Seharusnya apabila mereka benar mahasiswa, mereka bisa melakukan dengan lebih bijak dan ak mengganggu kepentingan orang lain saat meminta-minta sumbangan. Fenomena kotak amal bukan hal yang baru. Ketika Aceh diterjang bencana Tsunami, kotak amal di jalanan marak. Begitu juga saat musibah lumpur Lapindo hingga terakhir ini gempa Yogyakarta dan Gunung Merapi meletus.


 peminta amal berkedok jaket almamater mahasiswa
 di perempatan lampu merah (bdh/108CSR.com)









Pada awalnya kegiatan ini dinilai postif karena bantuan langsung disalurkan ke para korban terkena bencana. Namun, akhir-akhir ini malah dijadikan modus untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya tidak disalurkan kepada korban bencana alam yang membutuhkannya tapi masuk kocek sendiri. Bahkan belum lama ini, petugas Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta sempat membubarkan sekelompok pemuda yang meminta sumbangan di perampatan Coca-cola Cempaka Mas, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dengan mengaku sebagai mahasiswa. Beberapa pemuda tersebut meminta sumbangan kepada pengguna jalan, dengan dalih akan diberikan kepada para korban kebakaran di kawasan Pendongkelan. Saat ditanya petugas Satpol PP, mereka mengaku sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta. Namun saat dimintai kartu mahasiswa, mereka menolak karena ternyata tidak memilikinya. Sementara itu Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Kian Kelana yang dikonfirmasi mengenai hal ini meminta masyarakat untuk mengabaikan pembawa kotak amal tersebut, meskipun mereka mengaku dari salah satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Misalnya, kalau ada orang bawa kotak amal keliling kampung atau di jalan raya minta sumbangan, apalagi kini banyak mengaku dari universitas, abaikan saja. Masyarakat yang ingin bersedekah, bisa salurkan langsung ke yayasan, majelis taklim, mushola dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Kian Kelana bahwa mahasiswa tidak boleh meminta-minta sumbangan di jalan-jalan apalagi harus memakai baju almamater dan banyak jalan untuk mencari dana dan tidak harus mengganggu ketertiban umum.




A. TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok, diantaranya :
Pertama, kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan biologis tersebut terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuhyang relative constant.  (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya). Kedua, kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan merekakecuali pada saat darurat. (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya). Ketiga, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki yaitu ketika kebutuhan fisiologis dan kesejahteraan terpuaskan maka kebutuhan berikutnya dapat mun dan berharga sebagai orang muncul. Maslow menyatakan bahwa seseorang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki). Keempat, kebutuhan akan penghargaan yaitu ketika tiga kelas pertama terpenuhi, kebutuhan penghargaan akan menjadi dominan. Ketika kebutuhan ini terpenuhi seseorang akan merasa percaya diri. Kelima, kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya. (Basuki, Heru.(2008))
Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan rasa aman, Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, Kebutuhan akan penghargaan, Kebutuhan aktualisasi diri. Bahwa pada zaman modern banyak orang yang mendapat kesulitan untuk mendapatkan uang apalagi orang yang tidak memiliki keahlian, tidak memiliki pendidikan yang cukup, dan sempit dalam perencanaan masa depan akan melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menjadikan jas almamater sebagai lahan mata pencahariannya untuk meminta-minta. Pengguna jas almamater dan mengaku sebagai mahasiswa meminta-minta di tempat yang ramai dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari terutama kebutuhan faali yaitu makan. Apabila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

B. TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha. mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor tersebut yaitu : Pertama, Faktor higiene (faktor ekstrinsik)  yaitu  memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antara manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Kedua, Faktor motivator (faktor intrinsik) yaitu faktor yang memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya. (supiani.staff.gunadarma.ac.id)
Faktor higiene (faktor ekstrinsik) : Tidak menunjuk pada individual karena  malas bekerja atau tidak mendapatkan penghasilan, tetapi  karena buruknya kondisi lingkungan hidup, rendahnya sumber daya alam, Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari sumber daya alam yang mendorong seseorang turun ke jalan untuk meminta-minta sumbangan.
 Faktor motivator (faktor intrinsik) : menunjukkan bahwa individu atau kelompok  turun ke jalan untuk meminta sumbangan kepada masyarakat untuk memperbaiki tingkat kehidupannya karena malas untuk bekerja dengan pekerjaan yang lebih layak dibandingkan harus meminta-minta sumbangan di jalan untuk merubah tingkat kemajuan kehidupannya.
Orang yang mengaku sebagai mahasiswa  biasanya mengeruk uang puluhan juta rupiah per bulan dan biasanya mereka berseragam yang sama dengan almamater warna biru, hijau, kuning, orange, merah, dan lain-lainnya yang beroperasi di jalan-jalan khususnya di lampu merah dengan membawa kotak yang disertai dengan gambar seseorang yang membutuhkan dana sumbangan tersebut. Biasanya orang-orang yang meminta sumbangan dengan berkedok sebagai mahasiswa tidak hanya sendiri mereka merupakan sebuah kesatuan. Akan tetapi tanpa suatu organisasi, suatu kesatuan itu dapat kita lihat secara tidak langsung dari cara mereka yang selalu bekerjasama, saling memberi kabar tentang suatu tempat yang ramai, saling toleransi, dan saling membantu. Individu, atau kelompok yang meminta sumbangan dengan mengaku sebagai mahasiswa karna tersendat biaya hidup yang sangat sulit untuk mereka penuhi. Mereka akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya termasuk meminta sumbangan di lampu-lampu merah. Mereka meminta-minta sumbangan karena mereka malas untuk berusaha lebih keras lagi untuk keberlangsungan hidupnya. Masyarakat yang melihat dan member sumbangan kepada mereka yang meminta sumbangan karena masyarakat berfikir jika mahasiswa tersebut pasti akan menyalurkan sumbangan-sumbangan itu kepada yang lebih berhak. Menurut masyarakat mahasiswa itu lebih meyakinkan (karena berpendidikan) dibandingkan peminta-minta sumbangan yang lain.













Daftar Pustaka


Basuki, Heru.(2008).Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma